Thursday, 14 March 2013
Gametogenesis Pada Aves
Posted by Embriology of Birds
On 07:01
| No comments
Proses pembentukan gamet pada hewan tingkat tinggi umumnya dikenal dengan sebutan Gametogenesis. Pada sel hewan, gametogenesis selalu terjadi di dalam tubuh individu diploid melalui proses meiosis. Dalam proses ini, kadang terjadi proses maturasi (pematangan), yaitu perkembangan dari hasil akhir meiosis yang tidak langsung menjadi gamet. Pada hewan dan manusia, gametogenesis terjadi pada testis dan ovarium, sedangkan pada tumbuhan terjadi pada putik dan benang sari. Hasil gametogenesis adalah sel-sel kelamin, yaitu gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum atau sel telur).
Gametogenesis berlangsung di dalam kelamin jantan dan betina. Gametogenesis dibedakan menjadi dua, yaitu spermatogenesis (pembentukan sel kelamin jantan atau sperma yang terjadi di dalam testis) dan oogenesis (pembentukan sel kelamin betina atau ovum yang terjadi di dalam ovarium). Secara prinsip keduanya melalui pembelahan yang sama, namun hasil akhirnya berbeda.
A. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembantukan sel gamet jantan (spermatozoa) yang terjadi di dalam testis. Di dalam testis ada bagian yang disebut seminiferus. Pada bagian ini terdapat sel-sel primordium yang bersifat diploid. Sel-sel primordium akan mengalami pembelahan mitosis secara berulang kali. Salah satu hasil pembelahannya adalah terbentunya spermatogonium
Spermatogenesis diawali dari spermatogonium yang bersifat diploid (2n) membelah secara mitosis menghasilkan spermatosit primer yang bersifat diploid (2n). kemudian spermatosit primer membelah secara meiosis I dihasilkan dua spermatosit sekunder yang bersifat haploid (n) dan pada akhir meiosis II dihasilkan empat spermatid spermatid yang bersifat haploid (n). akhirnya, spermatid mengalami differensiasi dan berubah menjadi spermatozoa.
Faculty.southwest.th.edu
Adapun tahapan pembentukan spermatozoa secara detail, dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :
a. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
b. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
c. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.
d. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius.
B. Oogenesis
Oogenesis merupakan pembentukan gamet betina, oogenesis berlangsung di dalam ovarium organ kelamin betina. Gamet betina atau ovum dibentuk di dalam satu paket sel yang disebut folikel yang terdapat dalam ovarium. Folikel disusun oleh satu sel yang dapat bermeiosis disebut oogonium (selinduk ovum) yang mempunyai kromosom diploid. Oogonium ini dikelilingi satu lapis sel folikel yang akan melindungi dan member nutrisi sel telur yang dewasa. Oogonium (2n) akan bermitosis dan berkembang menjadi sel yang siap bermeiosis, disebut oosit primer. Oosit primer ini akan mengalami pembelahan meiosis I menjadi oosit sekunder dan badan kutub primer, kemudian pada akhir meiosis II, dari oosit sekunder dihasilkan satu sel oosit dan satu badan kutub sekunder.
http://zaifbio.wordpress.com/2012/03/29/pembelahan-sel/
1. Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri. Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial.
2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
4.Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu kromatid tanpa pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan salah satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan demikian kedua sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan bahan genetik yang polanya berbeda.
5. Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah membentuk ovum masak dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk dua atau tiga badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.
Wednesday, 13 March 2013
Pembelahan Pada Aves
Posted by Embriology of Birds
On 07:35
| 1 comment
Aves mempunyai tipe telur
Megalesital. Pada tipe telur ini tipe pembelahan yang terjadi adalah Meroblastik.
Tipe pembelahan Meroblastik pada Aves disebut juga tipe Partial karena
sebelum satu pembelahan selesai pembelahan tahap selanjutnya sudah
terjadi. Tipe pembelahan Meroblastik berada pada bagian kecil kutub
animal, pada Aves tepatnya berada pada germinal disc. Disebut
disc karena pembelahan yang dilakukan hanya pada bagain inti sel yang
berada pada kutub animal dan jika dilihat dari bagian sisi atas pada
saat pembelahan atau hasil Morulanya berbentuk seperti piringan (disc) atau disebut juga simetri Discoidal.
A. Morula
Gambar 5. Pembelahan 1 dan 2
Sumber: php.med.unsw.edu.au
Pembelahan pertama dengan arah meridian atau vertikal dan menghasilkan 2 sel yang simetris (Gambar 5A).
Pada pembelahan kedua terjadi pada bidang pembelahan meridian lagi dan menjadi 4 sel yang simetris (Gambar 5B).
Gambar 6. Pembelahan 3 dan 4
Sumber: php.med.unsw.edu.au
Pembelahan
ketiga terjadi 2 garis pembelahan meridian tetapi pembehalan yang
dihasilkan tidak simetris. Jumlah sel pada tahap pembelahan ke-3 ini ada
8 sel (Gambar 6C).
Pembelahan
ke-4 terjadi pada garis pembelahan equator atau horizontal dengan
kesimetrisan yang asimetris dan menjadi 16 sel (Gambar 6D).
Gambar 7. Pembelahan 5 dan Pekembangan Selanjutnya
Sumber: php.med.unsw.edu.au
Pembelahan
ke-5 terjadi pada 4 bidang pembelahan meridian atau vertikal yang
asimetris, sehingga menghasilkan 32 sel. Pembelahan selanjutnya tidak
dapat diikuti. Pembelahan selanjutnya tak teratur, ada yang melalui
bidang vertikal maupun horizontal dan ada juga yang sebelum selesai satu
pembelahan terjadi pembelahan berikutnya.
Dari pembelahan awal sampai dengan pembelahan berikut-berikutnya jika germinal disc belum membentuk celah dengan yolk, maka tahap tersebut disebut dengan tahap Morula.
Gambar 8. Morulasi Aves
Sumber: www.devbio.biology.gatech.edu
B. Blastula
Sementara sel-sel Morula mengalami pembelahan terus menerus, terbentuklah rongga ataupun celah dibawah germinal disc
yang memisahkan dengan yolk. Rongga ini makin lama, makim membesar dan
berisi cairan. Embrio yang sudah memiliki ronnga ini disebut dengan
Blastula.
Jenis
Blastula juga bermacam-macam, tergantung tipe telurnya tadi. Tipe
Blastula yang dihasilkan pada tahap akhir pembelahan Aves adalah Discoblastula.
Gambar 9. Discoblastic
Sumber: www.devbio.biology.gatech.edu
Discoblastula
atau disebut juga sebagai blastula gepeng adalah blastula bentuk
cakram. Pada Blastula aves, pembagian blastula terbagi menjadi 2 bagian
jika dilihat dari atas, yaitu area opaca dan area pelucida.
1. Area Opaca merupakan bagian tengah yang terang dan merupakan bagian dimana sel-selnya terpisah dari yolk di bawah.
2. Area
pelucida merupakan bagian pinggir yang agak gelap atau kental, dan
merupakan daerah yang sel-selnya berhubungan dengan yolk dibawah.
Ada juga pembagain daerah utama dari Discoblastula ini menjadi Epiblast dan Hypoblast. Epiblast bagian
blastomere yang terletak sebelah atas atau daerah kutub animal,
sedangkan Hipoblast merupakan bagian blastomere yang terletak disebelah
bawah atau daerah kutub vegetatif.
Epiblast
merupakan bakal dari ektoderm, mesoderm dan notochord, sedangkan
hypoblast yang sel-selnya tumbuh dan menyebar ke bawah ke daerah rongga
blastoceol.
Bakal
ectoderm epidermis mengisi daerah yang bakal jadi anterior embryo
lapisan epiblast. Bakal ektoderm saraf berupa sabit terletak di
poeterior ectoderm epidermis. Bakal notochord dan prechorda di posterior
ectoderm saraf, sedangkan bakal mesoderm di bagain paling bawah atau
bagian posterior lapiran epiblast. Dibawah rongga hypoblast ada rongga
disebut rongga archenteron.
Gambar 10. Epiblast dan Hypoblast
Sumber: www.expertsmind.com
Berasal dari kata gaster (lambung), karena pada tahap ini dibentuk bakal saluran pencernaan. Pada tahap ini terjadi dinaminasi daerah-daearh bakal pembentuk alat pada blastula, diatur dan dideretkan sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh.
Ciri utama dari gastrulasi Aves adalah adanya daerah unsur primitif (primitive streak). Daerah ini mula-mula tampak sebagai suatu penebalan pada bagian tengah dari area pelucida bagian posterior yang disebabkan karena adanya migrasi sel-sel dari daerah posteriolateral ke bagian tengah area pelucida.
Bagian penebalan menyempit, bergerak ke anterior dan mengerut membentuk
suatu parit yang disebut daerah unsur primitif. Lekukannya disebut
lekukan primitif dan berperan sebagai blastoporus. Pada ujung anterior terjadi penebalan disebut nodus Hensen (Hensen node).
Bagian tengah nodus Hensen berbentuk sebagai suatu sumur dan melalui
tepinya akan dilalui oleh sel-sel yang masuk ke rongga blastula.
Gambar 11. Tahapan Gastrulasi
Gastrulasi
pada Aves dilaksanakan oleh sel-sel yang bergerak secara
sendiri-sendiri serta terkoordinasi, dari luar masuk ke dalam embrio,
bukan melalui gerakan sel bersama dalam bentuk suatu lempengan.
Gastrulasi pada Aves tidak membentuk archentron sejati. Setelah endoderm dibentuk, yang menjadi archentron
adalah rongga subgerminal yang bagian atasnya dibatasi oleh endoderm,
sedang dasarnya adalah yolk. Sel-sel yang pertama bermigrasi melalui
daerah unsur primitif adalah sel yang akan menjadi endoderm. Sel-sel ini
bergerak ke anterior, bergabung dengan hipoblas dan akhirnya
menggantikan hipoblast pada bagian anterior dari embrio. Sel berikutnya
yang masuk melalui nodus Hensen juga bergerak ke anterior, tetapi tidak
bergerak sejauh bakal endoderm. Sel-sel ini tetap berada di antara
epiblast dan endoderm untuk membentuk mesoderm kepala dan notochord.
Sel-sel yang masuk ini semua bergerak ke anterior, mendorong epiblast
bagian tengah ke atas sehingga akhirnya terbentuk lipatan kepala.
Sementara itu, makin banyak sel-sel bermigrasi masuk melalui daerah unsur primitif yang setelah masuk kedalam rongga blastula mereka memisahkan diri menjadi dua arah, satu masuk lebih dalam dan bergabung dengan hipoblast serta mendorong hipoblast ke tepi. Sel-sel ini akan membentuk semua organ-organ endodermal dan sebagian besar selaput ekstra-embrio. Kelompok kedua menyebar membentuk suatu lembaran yang terbentang diantara epiblast dan hipoblas. Lembaran ini yang membentuk bagian mesoderm dari embrio dan selaput ekstra-embrio.
Sementara itu, makin banyak sel-sel bermigrasi masuk melalui daerah unsur primitif yang setelah masuk kedalam rongga blastula mereka memisahkan diri menjadi dua arah, satu masuk lebih dalam dan bergabung dengan hipoblast serta mendorong hipoblast ke tepi. Sel-sel ini akan membentuk semua organ-organ endodermal dan sebagian besar selaput ekstra-embrio. Kelompok kedua menyebar membentuk suatu lembaran yang terbentang diantara epiblast dan hipoblas. Lembaran ini yang membentuk bagian mesoderm dari embrio dan selaput ekstra-embrio.
Sementara
pembentuknan mesoderm berlangsung, daerah unsur primitif mulai memendek
sehingga nodus Hensen berpindah letak dari di tengah area pelusida
menjadi berada di bagian posterior. Dengan perkataan lain, nodus Hensen
bergerak ke posterior dan notokord posterior terbentuk. Akhirnya nodus
bergeser mencapai posisinya yang paling posterior dan membentuk daerah
anal. Pada tahap ini epiblast seluruhnya terdiri atas bakal sel-sel
ektoderm yang berepiboli hingga mengelilingi yolk. Gastrulasi telah
selesai dengan dibentuknya eksoderm, digantinya hipoblas dengan endoderm
dan terletaknya mesoderm di antara kedua lapisan ini. Berikut gambaran
singkat mengenai gastrulasi Aves.
Sumber: Sudarwati, S. 1990. Struktur dan Perkembangan Hewan. ITB: Bandung.
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Tarsito: Bandung.
Monday, 11 March 2013
Tipe-Tipe Telur
Posted by Embriology of Birds
On 11:31
| No comments
Cleavage atau pembelahan berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya. Perbedaan tersebut tergantung pada jenis telur dari spesiesnya masing-masing, karena dengan perbedaan jenis telurnya berbeda juga tipe atau jenis pembelahan yang berlangsung dan berbeda juga pada hasil pembelahannya. Tipe telur dibedakan berdasarkan jumlah dan letak yolk atau cadangan makanannya dan dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:
1. Isolesithal
Gambar 1. Tipe Telur Isolesital
Sumber: studentreader.com
Tipe telur ini disebut juga Homolesital. Tipe telur ini, penyebaran yolk atau cadangan makanannya tersebar merata diseluruh ovum dan jumlahnya sedikit dengan nukleus atau intiselnya berada ditengah. Jadi inti selnya dikelilingi oleh cadangan makanannya. Tipe telur ini terdapat pada Amphioxus, Echinodermata, Mollusca, Annelida dan Mamalia.
2. Telolesithal/Mesolesital
Gambar 2. Mesolesital
Sumber: studentreader.com
Tipe telur dengan letak dari yolk dan inti sel berada di dua kutub yang berlawanan dengan jumlah yolk yang sedikit. Kutub dengan konsentrasi yolk disebut kutub vegetatif sedangkan kutub dengan inti sel disebut kutub animalia. Jenis telur ini terdapat pada Amphibia, Lamprey dan Lungfish.
3. Telo-ekstrimlesithal (Megalesithal)
Gambar 3. Megalesithal
Sumber: www.uoguelph.ca
Yolk banyak sekali yang tersebar hampir semua bagian telur, sehingga inti sel berada terdesak dibagian ujung/atas dari ovum dan sitoplasmanya sedikit. Kutub vegetatifnya besar sedangkan kutub animalnya sangat kecil. Tipe telur ini terdapat pada Reptilia dan Aves.
4. Centrolesithal
Gambar 4. Centrolesital
Sumber: studentreader.com
Merupakan tipe telur dengan yolk dan inti sel berada di tengah-tengah telur. Tipe telur ini terdapat pada Insecta.
Friday, 8 March 2013
Neurolasi Pada Aves
Posted by Embriology of Birds
On 07:30
| No comments
Pembentukan yang mengiringi pembentukan gastrula ialah neurulasi atau tubulasi (pembumbungan). Neurulasi merupakan proses awal pembentukan sistem saraf yang melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai dengan pembentukan keping neural, lipatan neural dan berakhir dengan terbentuknya tabung neuron (neural tube).(Roesma, 2008).
Tubulasi atau neurulasi terjadi mulai dari daerah kepala sampai ekor. Terdapat tiga lapisan germinal embrio, yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm yang menyusun diri membentuk sebuah tabung atau bumbung. (Yatim, 1994). Tidak semua neurulasi terjadi mulai dari daerah kepala sampai ekor, misalnya lapisan mesoderm neurulasi hanya berlangsung di daerah truncus embrio.
Neurulasi dimulai dengan pembentukan lempeng neuron (neural plate), suatu lapisan ectoderm yang tebal yang menyebabkan sel-sel epitel cuboidal menjadi columnar (Kenyon, 2008). Setelah notokord terbentuk, lempeng neuron (neural plate) melipat ke arah dalam dan menggulung diri menjadi tabung neuron (neural tube). Ketika neurulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal yang akan menyebabkan berkembangnya sumsum tulang belakang (spinal cord) dan encephalon (otak). Kemudian, pada kedua ujung anterior dan posterior terdapat lubang bumbung (neuropore). Pada aves, neuropore posterior disebut sinus rhomboidalis, karena berbentuk ketupat. (Yatim, 1994)
Jaringan pada daerah pertemuan pinggir-pinggir tabung itu memisah dari tabung sebagai pial neuron (neural crest). Sel-sel neural crest tersebut bergerak dari neural tube dan menghasilkan banyak variasi struktur jenis sel, seperti sel tulang, sel tulang rawan di tengkorak, sel-sel pigment kulit dan sel-sel ganglion punggung dan saraf otak. (Campbell, 2002). Epidermis dan neural plate mampu membentuk sel-sel neural crest. Pada peristiwa ini notochord juga berperan untuk menginduksi pembentukan neural plate (Kenyon, 2008).
Sebuah embrio dengan tabung neuron (neural tube) yang sudah selesai terbentuk mempunyai banyak somit yang membentuk notokord. Somit terbentuk dari pemanjangan mesoderm yang memisah menjadi blok-blok, tersusun berseri pada kedua sisi sepanjang notokord itu.
Thursday, 7 March 2013
Organogenesis Pada Aves
Posted by Embriology of Birds
On 07:36
| No comments
Organogenesis disebut juga morphogenesis adalah suatu proses pembentukan organ yang berasal dari tiga lapisan germinal embrio yang telah terbentuk terlebih dahulu pada tahap gastrulasi.
Masing- masing lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm akan membentuk suatu bumbung atau tabung yang akan berkembang menjadi sistem organ tertentu yang berbeda namun berkaitan satu dengan yang lain.
Organogenesis atau morfogenesis merupakan suatu proses pertumbuhan embrio yang masih memiliki bentuk primitif yang akan tumbuh menjadi bentuk definitif dan memiliki bentuk dan rupa yang spesifik menurut spesies. Pada tahap organogenesis ini terdapat dua periode, yaitu periode pertumbuhan antara dan pertumbuhan akhir.
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan diferensiasi bagian-bagian tubuh embrio dari bentuk primitif sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embrio akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode ini sudah terdapat bentukan ayam. Pada organogenesis juga terjadi tahap pertumbuhan akhir embrio yaitu penyelesaian secara halus bentuk definitif menjadi ciri suatu individu. Pada aves tidak begitu terlihat jelas batas kedua periode.
Untuk mengetahui organogenesis pada aves, maka digunakan embrio ayam untuk mengamati pembentukan macam-macam organ. Selama proses organogenesis berbagai daerah pada tiga lapisan germinal berkembang menjadi rudimen dari organ-organ. Tiga jenis perubahan morfogenetik yaitu pelipatan, pemisahan, dan pengelompokan padat (kondensasi) sel-sel adalah bukti pertama pembentukan organ.
Embrio ayam yang dieramkan selama 5-8 hari juga dianggap oleh beberapa ahli sebagai tingkat berudu. Pada jam-jam tertentu dapat ditentukan organ apa saja yang telah terbentuk. Diantaranya usia 19 jam telah terbentuk somit, 24-96 jam telah terbentuk usus atau saluran pencernaan, 33-72 jam telah terbentuk otak, 96 jam telah terbentuk sistem urogential dan seterusnya.
Organogenesis pada Germ layer
Organogenesis mencakup organisasi sel-sel menjadi berbagai lapisan dan kelompok yang akan membentuk struktur-struktur tubuh. Mencakup pula pembelahan sel dan gerak sebenarnya dari sel-sel tersebut dari suatu tempat ke tempat lain pada embrio. Ektoderm , germ layer ectoderm akan menumbuhkan kulit, rambut, kuku, seluruh system saraf termasuk sel reseptor, medulla adrenal (Kimball, 1996).
Kelenjar-kelenjar kulit yaitu kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lendir, dan kelenjar air mata, lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra raba, stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan enamel (email) gigi, kelenjar ludah dan indra kecap, proctodeum, menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam. Endoderm, germ layer endoderm akan menumbuhkan lapisan epitel seluruh saluran pencernaan sejak pharynx sampai rectum, kelenjar-kelenjar pencernaan hepar, pancreas, serta kelenjar lendir yang mengandung enzim dalam oesophagus, gaster dan intestinum, lapisan epitel paru, kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis), lapisan epitel vagina, uretra, vesica urinaria dan kelenjar-kelenjarnya (Yatim, 1994).
Mesoderm, germ layer mesoderm akan menumbuhkan otot, darah dan pembuluh darah, jaringan konektif termasuk tulang, ginjal, ureter, testis, ovari, oviduk, uterus, mesenteri, dan system limfatik (Kimball,1996).
Tabel 1 Turunan Ketiga Lapisan Germinal Embrio pada Vertebrata
LAPISAN GERMINAL | ORGAN DAN JARINGAN PADA HEWAN DEWASA |
Ektoderm | Epidermis kulit dan turunannya ,misalnya, kelenjar kulit, kuku, lapisan epitelium mulut dan rektum; reseptor indra pada epidermis; kornea dan lensa mata; sistem saraf; medula adrenal; enamel gigi; epitelium kelenjar pituitari. |
Endoderm | Epitelium yang melapisi saluran pencernaan (kecuali mulut dan rektum); epitelium yang melapisi sitem respirasi; hati; pankreas; tiroid; paratiroid; timus; lapisan uretra, kandung kemih, dan sistem reproduksi. |
Mesoderm | Notokord; sistem rangka; sistem otot; sistem sirkulasi dan limfatik; sistem ekskresi; sistem reproduksi (kecuali sel germinal yang sudah berdiferensiasi selama pembelahan); dermis kulit; lapisan rongga tubuh; korteks adrenal. |
Proses Organogenesis
Proses yang terjadi dalam organogenesis meliputi transformasi dan diferensiasi embrio bentuk primitif berupa Ekstensi dan pertumbuhan bumbung-bumbung yang terbentuk pada tubulasi, evaginasi dan invaginasi daerah tertentu setiap bumbungnya.
Pertumbuhan yang tidak merata pada berbagai daerah bumbung, perpindahan sel-sel dari satu bumbung ke bumbung lain atau ke rongga antara bumbung-bumbung, pertumbuhan alat yang terdiri dari berbagai macam jaringan, yang berasal dari berbagai macam jaringan yang berasal dari berbagai bumbung, pengorganisasian alat-alat menjadi sistem: sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem urogenitalia, dan seterusnya, dan penyelesaian bentuk luar (morfologi) embrio secara terperinci, halus dan individual (Yatim, 1994).
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam organogenesis yaitu :
1. Setiap embrio mengalami organogenesis dengan menempuh tahap – tahap embriogenesis yang dimiliki leluhur secar evolusi.
2. Ada bagian dari tubuh embrio yang pada suatu ketika berkembang, lalu susut, dan hilang atau berubah letak dan peranan dibandingkan dnegan asal usul, sebaliknya da sebagian yang pada asal usul susut dan tak berperan tapi kemudian berkembang (Yatim, 1999 ).
Perkembangan Membran Ekstra Embrionik pada Embrio Ayam
Masing-masing dari empat membran utama (amnion, korion, alantois, dan kantung kuning telur) yang menyokonh embrio merupakan lembaran sel-sel yang berkembang dari lembaran epitelium yang berada di sisi luar proper embrio. Kantung kuning telur meluas di atas permukaan massa kuning telur. Sel-sel kantung kuning telur akan mencerna kuning telur, dan pembuluh darah yang berkembang di dalam mebran itu akan membawa nutrien ke dalam embrio.
Lipatan lateral jaringan ektraembrionik menjulur di atas bagian atas embrio itu dan menyatu untuk membentuk dua membran tambahan , yaitu amnion dan korion, yang dipisahkan oleh perluasan ekstraembrionik selom. Amnion membungkus embrio dalam kantung yang penuh cairan, yang melindungi embrio dari kekeringan, dan bersama-sama dengan korion menyediakan bantalan bagi embrio agar terlidung dari setiap guncangan mekanis. Membran keempat yaitu alantois, berasal dari pelipatan keluar perut belakang embrio. Alantois adalah kantung yang memanjang ke dalam selom ekstraembrionik.
Alantois berfungsi sebagai kantung pembuangan untuk asam urat, yaitu limbah bernitrogen yang tidak larut dari embrio. Sementara alantois terus mengembang, alantois menekan korion ke membran vitelin, yaitu lapisan dalam cangkang sel telur. Bersama-sama, alantois dan korion membentuk organ respirasi yang melayani embrio. Pembuluh darah yang terbentuk dalam epitelium alantois mengangkut oksigen ke embrio ayam itu. Membran ekstraembrionik burung dan reptilia merupakan adaptasi yang berkaitan dengan permasalahan khusus perkembangan di darat(Campbell,2004).
Lipatan lateral jaringan ektraembrionik menjulur di atas bagian atas embrio itu dan menyatu untuk membentuk dua membran tambahan , yaitu amnion dan korion, yang dipisahkan oleh perluasan ekstraembrionik selom. Amnion membungkus embrio dalam kantung yang penuh cairan, yang melindungi embrio dari kekeringan, dan bersama-sama dengan korion menyediakan bantalan bagi embrio agar terlidung dari setiap guncangan mekanis. Membran keempat yaitu alantois, berasal dari pelipatan keluar perut belakang embrio. Alantois adalah kantung yang memanjang ke dalam selom ekstraembrionik.
Alantois berfungsi sebagai kantung pembuangan untuk asam urat, yaitu limbah bernitrogen yang tidak larut dari embrio. Sementara alantois terus mengembang, alantois menekan korion ke membran vitelin, yaitu lapisan dalam cangkang sel telur. Bersama-sama, alantois dan korion membentuk organ respirasi yang melayani embrio. Pembuluh darah yang terbentuk dalam epitelium alantois mengangkut oksigen ke embrio ayam itu. Membran ekstraembrionik burung dan reptilia merupakan adaptasi yang berkaitan dengan permasalahan khusus perkembangan di darat(Campbell,2004).
Pembentukan organ dari masing-masing lapisan embrio ayam dapat diamati pada embrio umur sebagai berikut:
Lapisan Lembaga | Organ | Umur Embrio Ayam |
Ektodermal neural | Otak | 33-72 jam |
Ektodermal somatik | Mata Hidung Telinga | 33-72 jam 48-72 jam 48-72 jam |
Endoderm | Usus/saluran pencernaan Hati Paru-paru | 24-96 jam 72-96 jam 72 jam |
Mesoderm | Jantung Pembuluh darah Sistem urogenital | 25-29 jam 24-72 jam 96 jam |
Embrio ayam umur 18 jam
Wednesday, 6 March 2013
Lahir Dan Teralogi Pada Aves
Posted by Embriology of Birds
On 07:50
| No comments
Perkembangan embrio ayam sangat menarik di pelajari, dimana dalam kurang lebih 21 hari pengeraman anak ayam siap menetas. Dengan berat embrio 0,0002 gram pada hari pertama dapat mencapai 30,21 gram pada hari ke 20.
Untuk dapat berkembang menjadi individu baru, telur ayam perlu dierami. Perkembangan embrio pada saat masa pengeraman adalah yang paling mudah diamati. Adapun beberapa tahap perkembangan embrio ayam yang dapat diamati dengan jelas adalah sebagai berikut:
a. Masa pengeraman 16 jam
Adanya pertumbuhan yang cepat akan terlihat suatu daerah lekukan yang pinggirnya bertanggul pada daerah blastodiscus. Daerah ini disebut daerah primitive embrio nantinya akan berkembang anterior dari garis ini.
b. Masa pengeraman 19-21 jam
Pada stadium ini anterior dari nodus hensen telah berkembang dari sistem syaraf yang masih berupa lekuk neural dan terbentuk lekukan kepala, anterior dari lipatan kepala terlihat bening.
c. Masa pengeraman 24-26 jam
Telah terbentuk 1 pasang somit lateral notochord, somid berikutnya akan terbentuk posterion dari yang pertama setiap jam, sedangkan lipatan kepala yang diikuti oleh pembentukan usus depan. Pada jam 35 akan terbentuk jantung yaitu dari mesoderm spandoris pada kaki, porta usus depan.
d. Masa pengeraman 33 jam
Jantung sudah mulai membelok kekanan dan sudah terbentuk 1 pasang aorta dan vena vitelina, sistem-sistem saraf juga sudah mulai berdiferensiasi.
e. Masa pengeraman 45-50 jam
Perubahan yang sangat jelas ditentukan adalah terjadinya torsi (Harlita.2005:14).
Untuk dapat berkembang menjadi individu baru, telur ayam perlu dierami. Perkembangan embrio pada saat masa pengeraman adalah yang paling mudah diamati. Adapun beberapa tahap perkembangan embrio ayam yang dapat diamati dengan jelas adalah sebagai berikut:
a. Masa pengeraman 16 jam
Adanya pertumbuhan yang cepat akan terlihat suatu daerah lekukan yang pinggirnya bertanggul pada daerah blastodiscus. Daerah ini disebut daerah primitive embrio nantinya akan berkembang anterior dari garis ini.
b. Masa pengeraman 19-21 jam
Pada stadium ini anterior dari nodus hensen telah berkembang dari sistem syaraf yang masih berupa lekuk neural dan terbentuk lekukan kepala, anterior dari lipatan kepala terlihat bening.
c. Masa pengeraman 24-26 jam
Telah terbentuk 1 pasang somit lateral notochord, somid berikutnya akan terbentuk posterion dari yang pertama setiap jam, sedangkan lipatan kepala yang diikuti oleh pembentukan usus depan. Pada jam 35 akan terbentuk jantung yaitu dari mesoderm spandoris pada kaki, porta usus depan.
d. Masa pengeraman 33 jam
Jantung sudah mulai membelok kekanan dan sudah terbentuk 1 pasang aorta dan vena vitelina, sistem-sistem saraf juga sudah mulai berdiferensiasi.
e. Masa pengeraman 45-50 jam
Perubahan yang sangat jelas ditentukan adalah terjadinya torsi (Harlita.2005:14).
Copyright 2011. All Rights Reserved. Stromberg's Chickens & Game Birds
Periode pertumbuhan awal sejak zigot mengalami pembelahan berulangkali sama saat embrio memiliki bentuk primitif ialah bentuk dan susunan tubuh embrio yang masih sederhana dan kasar. Bentuk dan susunan tubuh embrio itu umum terdapat pada jenis hewan vertebrata. Periode ini terdiri atas 4 tingkat yaitu tingkat pembelahan, tingkat blastula, tingkat gastrula, dan tingkat tubulasi (Yatim, 1984).
Stria primitiva menjadi sangat mencolok pada inkubasi ke-16 jam dan dapat dikatakan sebagai stria primitiva paling panjang, sehingga embrio inkubasi umur 16 jam dikhususkan sebagai embrio stadium stria primitiva. Stria primitiva pada preparat wholemount yang diwarnai, terdiri dari alur di tengah-tengah yang kedua sisinya dibatasi oleh tebing (torus) primitiva. Ujung sephaliknya tersusun dari sel-sel yang terpak rapat, yang membentuk suatu penebalan lokal yang disebut Noda Hensen. Area pelusida sekitar stria primitiva meningkat penebalannya, yang dua jam kemudian menjadi sangat jelas dan kemudia disebut area embrional. Bentuknya seperti perisai, disebut perisai (lempeng) embrional (Soeminto, 2000).
Neural pada janin 24 jam lipatan telah mendekat satu sama lain. Tulang lipatan neural pertama-tama terjadi di muka somit-somit pertama. Bumbung neural pada janin 33 jam, telah terbentuk dan adanya dapat dibedakan bagian anterior yang agak lebar, bagian tengah, serta posterior yang menyerupai bumbung. Persatuan lipatan neural yang paling akhir terjadi di muka somit terakhir, lipatan neural mengembang dan menghilang di dalam ektoderm (Djuhanda, 1981).
Selama hari kedua dan ketiga inkubasi pada telur ayam, jaringan membentuk pembuluh darah berkembang di bagian dalam dari area opaka membentuk area vasculosa, sedang area di sebelah luar membentuk area vitellina. Perkembangan pembuluh darah pada area vasculosa dihubungkan dengan diferensiasi pada sel darah pertama. Perkembangan pembuluh darah pada area vasculosa ini terjadi pada jalur berikutnya. Pertama dari seluruh kelompok sel mesoderma terjadi pada area opaka yang berada di sisi dan ujung posterior dari area pelusida. Kelompok sel-sel ini dinamakan pulau-pulau darah (Balinsky, 1970).
Masing-masing dari empat membran utama yang menyokong embrio merupakan lembaran sel-sel yang berkembang dari lembaran epithelium yang berada di sisi luar proper embrio. Kantung kuning telur meluas di atas massa kuning telur. Sel-sel kantung kuning telur akan mencerna kuning telur, dan pembuluh darah yang berkembang di membran itu akan membawa nutrient ke dalam embrio. Lipatan lateral jaringan ekstraembrionik menjulur di atas bagian atas embrio itu dan menyatu untuk membentuk dua membran tambahan, yaitu amnion dan korion, yang dipisahkan oleh perluasan ekstraembrionik selom. Amnion membungkus embrio dalam kantung yang penuh cairan, yang melindungi embrio dari kekeringan, dan bersama-sama dengan korion menyediakan bantalan bagi embrio agar terlindung dari guncangan mekanis. Membran keempat, yaitu alantois, berasal dari pelipatan ke luar perut belakang embrio. Alantois adalah kantung yang memanjang ke dalam selom ekstraembrionik. Alantois berfungsi sebagai kantung pembuangan untuk asam urat, yaitu limbah bernitrogen yang tidak larut dari embrio. Sementara alantois terus mengembang, alantois menekan korion ke membran vitelin, yaitu lapisan dalam cangkang sel telur. Bersama-sama, alantois dan korion membentuk organ respirasi yang melayani embrio (Campbell, 2004).
Subscribe to:
Posts (Atom)